Kajian Kitab ‘Ulum al-Qur’an al-Karim Karya Syeikh Nuruddin ‘Itr: Seputar Definisi al-Qur’an (Bagian II)

Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Syeikh Nuruddin ‘Itr mengurai bahwa maksud dari redaksi ini ialah untuk memperjelas pengertian dari apa yang disebut al-Qur’an. Kalam, dalam hal ini, merupakan perkataan yang terucap dan yang dimaksud dengan kalamullah ialah kalam atau perkataan yang bersumber dari Allah Swt. semata. Maka segala bentuk kalam yang berasal dari selain Allah Swt., baik dari manusia, jin maupun malaikat, tidak disebut Qur’an, sekalipun itu berasal dari Nabi Muhammad saw. dalam bentuk hadis Qudsi atau hadis yang di dalamnya memuat perkataan Allah Swt. yang direkam oleh Nabi Muhammad dalam format hadis.

Redaksi ‘ala Muhammadin merupakan penegasan bahwa hanya kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang disebut al-Qur’an. Kalamullah yang diturunkan kepada selain Nabi Muhammad saw., seperti halnya Zabur kepada Nabi Daud as., Taurat kepada Nabi Musa as., Injil kepada Nabi Isa as. tidak satupun dinamai dengan Qur’an. Meskipun semua kitab suci itu berstatus sebagai bacaan atau dalam bahasa Arab disebut Qur’an, tapi tidak satupun yang bisa mendapatkan status penamaan yang sama dengan al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Ditulis dalam Mushaf

Meskipun terkesan sederhana, tapi bagian redaksi ini sangat penting dalam mendudukkan definisi al-Qur’an. Sebab al-Qur’an telah mengalami proses kodifikasi atau didokumentasikan melalui tulisan sejak masa pewahyuannya di zaman nubuwwah/ kenabian Muhammad saw. Pada saat itu juga, Nabi Muhammad saw. telah memerintahkan sahabat untuk menulis al-Qur’an yang turun atau diwahyukan dengan media-media tulis sederhana seperti batu maupun pelepah kurma dan melarang menulis selain al-Qur’an di dalamnya.

Kemudian di era Sahabat ra., al-Qur’an mulai mengalami proses kodifikasi secara lebih mapan. Dimulai dari era Abu Bakar ra. yang diinisiasi oleh Umar ibn Khattab ra., lalu sampai masa khalifah Utsman ibn Affan ra. yang melakukan penyempurnaan terhadap kodifikasi al-Qur’an. Pada masa khalifah Utsman ibn Affan ra., dibentuk panitia penulisan al-Qur’an pada media yang lebih memadai serta menyeterilkannya secara ketat dari materi-materi selain Qur’an yang sangat mungkin didapati di dokumen-dokumen yang dimiliki secara pribadi oleh para Sahabat ketika mengaji secara langsung bersama Nabi Muhammad saw. Bahkan, jika ada yang berani menganggap sesuatu yang bukan al-Qur’an sebagai al-Qur’an, akan langsung disematkan status bathil (palsu) dan kadzib (bohong).

Diriwayatkan secara mutawatir

Selain terkodifikasi dan direkam dalam tulisan atau yang dikenal dengan format mushaf, al-Qur’an juga terjaga otentisitasnya melalui model periwayatan yang diistilahkan dengan tawatur atau mutawatir. Maknanya, lafaz yang terdapat di dalam al-Qur’an secara detail dari surat per surat, ayat per ayat, sampai kata per kata, ditransmisikan dan diwariskan sama persis dari penyampaian Nabi Muhammad dari masa ke masa, hingga hari ini, oleh banyak orang dan tidak hanya satu dua orang saja. Akibatnya, tidak mungkin ada kesempatan untuk memelintir isi al-Qur’an secara berbeda dari apa yang diriwayatkan oleh mayoritas umat Islam.

Di titik inilah pentingnya ada penghafal al-Qur’an dalam jumlah yang banyak. Mereka yang tidak hanya diberikan kesempatan untuk menjaga kalamullah di dalam pikiran dan hatinya, tetapi juga berkontribusi untuk menjaga status tawatur atau mutawatir al-Qur’an sehingga otentisitasnya tetap terjaga sampai hari akhir kelak. Maka sampai kapanpun tidak ada yang bisa meragukan status orisinalitas al-Qur’an sebagai kalamullah yang terwariskan sejak zaman kenabian Muhammad saw. hingga abad 21 ini dan sampai abad-abad berikutnya.

Perihal menghafal, al-Qur’an memang memiliki keistimewaannya tersendiri. Al-Qur’an, meskipun tebal dan disampaikan dengan bahasa Arab, dapat dihafalkan oleh orang yang tidak menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa kesehariannya. Bahkan, pada era pewahyuannya, al-Qur’an diturunkan kepada masyarakat yang tidak mengenal tradisi membaca dan menulis. Dalam al-Qur’an, Allah Swt. telah berfirman dan menjamin perihal ini serta diulang sebanyak empat kali dengan redaksi yang sama dalam Q.S. al-Qamar [54]: 17, 22, 32, 40:

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ 

Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?

Membacanya dinilai pahala

Keistimewaan lainnya dari al-Qur’an ialah bahwa siapapun yang membacanya, tercatat sebagai kebaikan yang dibalas dengan pahala. Tanpa harus meniatkan pembacaannya untuk dinilai ibadah sekalipun, pembacanya tetap akan diberikan ganjaran pahala. Begitu istimewanya pembacaan al-Qur’an juga diabadikan melalui ibadah shalat. Tanpa adanya bacaan surah al-Fatihah yang merupakan salah satu bagian dari al-Qur’an dan bahkan disebut sebagai ummul kitab (induknya al-Qur’an), maka tidak dinilai sah pelaksanaan ibadah shalat seorang mukmin.

Status kebaikan dan ganjaran pahala yang diberikan kepada pembaca al-Qur’an telah didokumentasikan dalam banyak dalil, baik dalam al-Qur’an sendiri maupun hadis. Bahkan para ‘ulama juga menuliskan karya-karya yang secara spesifik membahasnya seperti kitab karangan Syeikh Abdullah Sirajuddin yang berjudul Tilawatul Qur’an al-Majid. Beberapa kisah para ulama yang bahkan sampai puluhan kali mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan, sebagaimana Imam al-Syafi’i yang khatam sampai 60 kali, menjadi saksi atas keutamaan membaca al-Qur’an.

Berstatus sebagai mu’jizat meski hanya satu surat darinya

Status mu’jizat menjadi sematan yang paling agung bagi al-Qur’an. Syeikh Nuruddin ‘Itr mengatakan bahwa jika saja al-Qur’an didefinisikan sebagai al-kalam al-mu’jiz (kalam yang berstatus sebagai mu’jizat), maka sudah sangat cukup. Adapun mu’jizat itu sendiri biasanya diterjemahkan dalam makna bahasanya sebagai “pelemah”, maupun dalam makna istilahnya sebagai amrun khariqun lil ‘adah (suatu perkara luar biasa yang tidak dijumpai dalam adat kebiasaan). Maka sebagai mu’jizat, bagian terkecil dari al-Qur’an sekalipun merupakan sesuatu yang tidak bisa dijumpai maupun direplikasi oleh siapapun yang ingin mendatangkan sesuatu yang semisal al-Qur’an.

Dalam al-Qur’an, Allah Swt. berfirman bahwa tidak ada satupun makhluk, baik dari kalangan jin maupun manusia, yang dapat menghadirkan hal yang serupa dengan al-Qur’an meskipun mereka saling bekerjasama. Q.S. al-Isra’ [17]: 88:

قُلْ لَّىِٕنِ اجْتَمَعَتِ الْاِنْسُ وَالْجِنُّ عَلٰٓى اَنْ يَّأْتُوْا بِمِثْلِ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لَا يَأْتُوْنَ بِمِثْلِهٖ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيْرًا 

Katakanlah, “Sungguh, jika manusia dan jin berkumpul untuk mendatangkan yang serupa dengan Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengannya, sekalipun mereka membantu satu sama lainnya.”

Maupun dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 23-24:

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ 

Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang apa (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Nabi Muhammad), buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Jika kamu tidak (mampu) membuat(-nya) dan (pasti) kamu tidak akan (mampu) membuat(-nya), takutlah pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Sudah sekitar lima belas abad dari turunnya al-Qur’an, namun tidak ada satupun yang dapat menghasilkan satu ayat pun yang memiliki nuansa yang sama dengan al-Qur’an. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan manusia maupun makhluk lainnya untuk bisa mencapai level ilahiah, sebuah derajat yang tidak mungkin diakses oleh makhluk yang hadits kepada kalamullah yang qadim. Uraian Syeikh Nuruddin ‘Itr mengenai definisi al-Qur’an ini menjadi pintu pembuka untuk mulai memahami al-Qur’an sembari terus membacanya secara intens terutama di bulan Ramadhan ini.

Alif Jabal Kurdi, S.Ag., M.A., Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Alif Jabal Kurdi, S.Ag., M.A.? Silakan klik disini