Dalam konteks sosio historis pra-Islam, perempuan di Jazirah Arab mengalami diskriminasi di berbagai aspek kehidupan, termasuk akses terhadap pendidikan. Namun, kehadiran Islam melalui risalah yang dibawa Rasulullah SAW memerangi segala bentuk kezaliman dan menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali. Termasuk mengangkat derajat perempuan dan mendorong mereka untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Rasulullah SAW melalui ajaran dan teladannya, tidak hanya menentang praktik-praktik diskriminasi terhadap perempuan, tetapi juga mempromosikan pentingnya ilmu pengetahuan bagi seluruh umat manusia, termasuk kaum perempuan.
Banyak hadis Rasulullah SAW yang secara tegas menganjurkan pendidikan bagi perempuan.
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menjelaskan bahwa kata “muslim” dalam hadis ini mencakup laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh umatnya, tanpa memandang jenis kelamin.
Begitu pula kata Iqra’ (bacalah) pada ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah memiliki makna (membaca dengan ilmu), membaca situasi, membaca kondisi, dan juga membaca peluang. Oleh karena itu kata Iqra’ merupakan sebuah proses, sehingga menjadikan proyek pertama yang diterapkan dalam masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW adalah pendidikan. Misi ini tidak hanya diemban dan ingin disampaikan hanya kepada laki-laki, namun kepada semua manusia.
Teladan Rasulullah dalam Mendukung Pendidikan Perempuan
Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan ilmu agama kepada istri-istrinya. Aisyah ra salah satu istri beliau, dikenal sebagai sosok yang sangat cerdas dan banyak meriwayatkan hadis. Pengetahuan dan pemahaman Aisyah ra tentang agama sangat diakui oleh para sahabat, bahkan banyak sahabat yang bertanya kepadanya tentang berbagai masalah keagamaan.
Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW tidak hanya mendorong perempuan untuk belajar, tetapi juga memberikan kesempatan dan fasilitas bagi mereka untuk mengembangkan ilmunya.
Rasulullah SAW juga menyediakan majelis ilmu khusus untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat perempuan. Sebagaimana tercantum dalam beberapa kitab hadis, termasuk shahih Bukhari dan Muslim.
Hadis dari Abu Said al-Khudri RA, ia berkata : Seorang perempuan datang kepada Rasulullah SAW dan menyampaikan keluh kesahnya. “Wahai Rasulullah, para laki-laki sudah biasa datang kepadamu untuk menimba hadis (ilmu), maka berilah kami jatah hari untuk menemuimu sehingga Engkau dapat mengajarkan kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu”.
Rasulullah SAW pun menyambut permintaan ini dengan senang hati, beliau berkata “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini.” Maka para perempuan pun mendatangi Rasulullah SAW dan beliau mengajarkan mereka apa yang telah diajarkan Allah kepadanya.
Rasulullah SAW kemudian bersabda “Tidaklah salah seorang di antara kalian melahirkan tiga anak kecuali ketiga anak itu akan menjadi penghalang neraka baginya.” Lalu seorang perempuan bertanya “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?” perempuan itu mengulang pertanyaannya hingga dua kali. “Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua,” jawab Rasulullah SAW (Disarikan dari HR Bukhari no.7310).
Kisah ini menunjukkan bahwa kesetaraan hak dalam pendidikan sebenarnya sudah ada sejak masa Rasulullah SAW. Para sahabat perempuan juga ingin belajar langsung dari Rasulullah SAW. Meskipun sejatinya mereka bisa mendapatkan ilmu tersebut dari suami, ayah, atau kerabat laki-laki mereka, namun mereka justru meminta hak yang sama dengan para sahabat laki-laki.
Tidak hanya itu, ketika berkhutbah Rasulullah SAW senantiasa memastikan khutbahnya dapat didengar oleh para perempuan. Dalam beberapa riwayat hadis, Ibnu Abbas berkata bahwa ia menyaksikan Rasulullah SAW keluar pada hari raya Idul Fitri, kemudian beliau shalat dan berkhutbah. Beliau mengira para perempuan tidak mendengar khutbahnya (sebab saat itu jamaah banyak, sedangkan shaf perempuan berada di belakang shaf laki-laki), maka beliau bersama Bilal menemui mereka dan menasihati mereka agar memperbanyak sedekah.
Bukti-bukti dari Al-Qur’an, hadis, dan praktik kehidupan Rasulullah SAW dengan jelas menunjukkan bahwa beliau sangat mendukung pendidikan perempuan. Ajaran dan teladan beliau memberikan landasan yang kuat bagi perempuan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Oleh karena itu, perempuan hendaknya terus bersemangat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan agama. Dengan meneladani Rasulullah SAW, perempuan dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat, serta berkontribusi dalam membangun peradaban yang lebih baik.
Laily Nur Zakiya, S.Ag, M.Pd, Ustadzah di Cariustadz
Tertarik mengundang ustadzah Laily Nur Zakiya, S.Ag, M.Pd? Silakan klik disini